Selasa, 02 Oktober 2007

Metrotvnews.com, Kudus: Masjid Menara Kudus di Kecamatan Kudus Kota, Kudus, Jawa Tengah, merupakan salah satu bukti syiar Islam yang dilakukan Sunan Kudus di tanah Jawa. Masjid yang juga disebut sebagai Masjid Al Aqsa dan Masjid Al Manar yang didirikan pada 1685 Masehi ini sarat akan perpaduan arsitektur Islam dan Hindu.

Kompleks Masjid Menara Kudus terbagi menjadi sebelas halaman. Setiap halaman dibatasi pagar dan gapura dari bata yang berbentuk candi bentar atau paduraksa. Halaman pertama adalah bangunan masjid yang dihiasi gapura berbentuk candi bentar, yaitu kori agung atau gapura lawang kembar.

Di dalam masjid juga terdapat gapura. Gapura ini dahulu terletak di dalam masjid, namun karena perluasan masjid, gapura kini terletak di dalam. Masjid Menara Kudus ini didirikan tahun 1609 tahun Jawa atau 1689 Masehi. Itu diketahui berdasarkan tulisan arab yang terletak di atas mihrab. Tulisan berbunyi "Gapura Rusak Ewahing Jagad" yang bermakna tahun pembuatan.

Ciri khas dari bangunan masjid ini adalah menara yang menghadap ke barat dan menyerupai candi yang terbagi menjadi tiga bagian. Menara Kudus sendiri berhiaskan piring-piring ornamen China. Di atap menara yang mirip pendapa terletak bedug dan dua kentongan sebagai tanda adzan dikumandangkan.

Sedangkan di halaman kelima, enam, tujuh dan delapan merupakan kompleks makam keluarga Sunan Kudus. Makam Sunan Kudus sendiri terletak di bagian utara, dalam sebuah kamar atau bilik khusus. Bilik ini dilengkapi dua pintu kecil bermotif tatah ukir.

Sunan Kudus dengan nama kecilnya Ja`far Sodiq adalah putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Semasa hidup Sunan Kudus dikenal sebagai sunan yang menggunakan cara halus. Untuk mengajak rakyat Kudus memeluk Islam, Sunan selalu menyesuaikan cara berdakwah dengan adat istiadat setempat yang dipengaruhi Hindu-Buddha.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya.
Sunan Kudus juga dikenal sebagai Panglima Perang di Kesultanan Demak. Ia pernah ditugaskan Raden Fatah, raja pertama Demak menghadapi Ki Ageng Pengging, salah satu murid Syekh Siti Jenar. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul.(DEN)

Senin, 24 September 2007

kisahku


mmm... tentang aku,,
Aku hanyalah seorang makhLuk yang bisa menyenangkan n bisa juga menyebalkan...

kadang aku baik n kadang pula aku di anggap jahat...

aku memang ga mau sok perfect,ntar di kira nyaingin yang nyiptain aku..

kata orang kota Roma tidak di bangun dalam satu malam..
nah itulah diriku..

kata orang biarkan air mengalir kepemukaan..
nah aku tidak mau seperti air..

aku berkata bintang bersinar di tempat yang gelap..
jadi aku butuh kegelapan supaya jadi bintang

aku berkata filosofi padi itu bagus,semakin berisi semakin merunduk..jadi aku tidak boleh sombong...

kuberkata
"Kian terasa asing diri diantaramu, yang lenyap peduli
Luncuran kata berhimpitan dalam aksara yang bungkam
Celoteh tinta berhamburan tanpa makna, jemariku...
Masih lincah menggoresi tembok kealpaan mu
Kembali ! kembali padaku !
Hidupkan aksara tanpa kata menjadi kidung terindah.

kisahku...
mungkin kisah cinta biasa
sudah sering terjadi di dunia percintaan
namun bekasnya
sampai sekarang tak terlupakan
apakah benar...
bahwa cinta tak hrs memiliki?
kalo tak bisa knp harus ada rasa cinta?
jawab donk...."

Sabtu, 22 September 2007

Pelacuran di Amsterdam Dikurangi

Meski bisni ”esek-esek” dianggap sah di Amsterdam, namun pemerintah setempat berencana menutup sepertiga bisnis pelacuran

Hidayatullah.com--
Amsterdam akan menutup sepertiga pelacuran di kompleks lampu merah yang selama ini menjadi salah satu tujuan wisata. Pemerintah kota itu mencapai kesepakatan sebesar 25 juta Ero untuk membeli 18 bangunan pelacuran yang kelak akan diubah menjadi pertokoan maupun perumahan.

Walikota Amsterdam, Job Cohen, mengatakan walau pelacuran merupakan sektor yang sah di Belanda, dirasakan terlalu banyak perdagangan seks di pusat kota.

Cohen menambahkan perdagangan seks sering melibatkan penindasan atas pekerja seks, penyeludupan manusia, dan tindak kriminal lainnya.

Para pekerja seks di kawasan lampu merah Amsterdam, The Wallen, memamerkan dirinya di jendela kaca dengan lampu remang-remang.

Dan jendela pajangan itu menjadi salah satu ciri Amsterdam yang menarik perhatian wisatawan mancanegara.

Dengan kesepakatan baru ini, maka 51 jendela pajangan itu --sekitar sepertiga dari total jendela-- akan dijual.

Membasmi Kriminalitas

The Wallen, kawasan lampu merah Amsterdam, merupakan salah satu kawasan Amsterdam yang paling tua dan ramai.

Namun pejabat pemerintah kota mengatakan jendela pajangan itu sering menjadi magnit bagi kejahatan dan pencucian uang.

Cohen mengatakan kesepakatan untuk mengubah sebagian kompleks pelacuran bukanlah untuk menyingkirkan pelacuran karena hal itu juga sudah menjadi bagian dari sejarah kota.

"Yang ingin dibasmi adalah kriminalitas dibaliknya," kata Cohen.

Namun rencana itu dikritik oleh serikat pekerja seks Belanda, De Rode Draad.

"Kami yakin jika semakin sedikit jendela maka semakin banyak terjadi eksploitasi atas pekerja seks," kata jurubicaranya, Metje Blaak, kepada kantor berita AFP.

"Jika jendela ditutup maka perempuan yang dieksploitasi akan disembunyikan dan perwakilan serikat serta pekerja kesehatan tidak bisa menghubungi mereka," tambahnya.

Para pekerja seks menyewa jendela pajangan itu sebesar £ 70, atau sekitar Rp. 1 juta, untuk periode tertentu dalam sehari.

Satu jendela biasanya digunakan oleh beberapa pekerja seks sehingga para calon pelanggan bisa melihat mereka dari luar. [bbc/www.hidayatullah.com]